APA ITU HIV/AIDS ?

Berlaku sampai

00 0000


HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit.

HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.

Bagaimanakah penularan HIV?

Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. Perlu diketahui, HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik.

HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada metode pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita.


Gejala HIV dan AIDS

Kebanyakan penderita mengalami flu ringan pada 2–6 minggu setelah terinfeksi HIV. Flu bisa disertai dengan gejala lain dan dapat bertahan selama 1–2 minggu. Setelah flu membaik, gejala lain mungkin tidak akan terlihat selama bertahun-tahun meski virus HIV terus merusak kekebalan tubuh penderitanya, sampai HIV berkembang ke stadium lanjut menjadi AIDS.

Gejala lain yang patut diduga terinfeksi HIV ialah berat badan yang turun >10% dari berat badan sebelumnya, demam selama lebih dari 1 bulan yang terus menerus atau hilang timbul, diare lebih dari 1 bulan yang terus menerus atau hilang timbul, sariawan di bibir yang jumlahnya banyak dan berulang atau tidak membaik dengan obat.

Pada kebanyakan kasus, seseorang baru mengetahui bahwa dirinya terserang HIV setelah memeriksakan diri ke dokter akibat terkena penyakit parah yang disebabkan oleh melemahnya daya tahan tubuh. Penyakit parah yang dimaksud antara lain diare kronis, pneumonia, atau toksoplasmosis otak.

Penyebab dan Faktor Risiko HIV dan AIDS

Penyakit HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus atau HIV, sesuai dengan nama penyakitnya. Bila tidak diobati, HIV dapat makin memburuk dan berkembang menjadi AIDS.

Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau anal, penggunaan jarum suntik, dan transfusi darah. Meskipun jarang, HIV juga dapat menular dari ibu ke anak selama masa kehamilan, melahirkan, dan menyusui.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan adalah sebagai berikut:

  • Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dan tanpa menggunakan pengaman
  • Menggunakan jarum suntik bersama-sama
  • Melakukan pekerjaan yang melibatkan kontak dengan cairan tubuh manusia tanpa menggunakan alat pengaman diri yang cukup

Lakukan konsultasi ke dokter bila Anda menduga telah terpapar HIV melalui cara-cara di atas, terutama jika mengalami gejala gejala patut diduga terinfeksi HIV seperti yang disebutkan diatas setelah 2–6 minggu terpapar faktor risiko penularan.

Pencegahan HIV dan AIDS

Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari dan meminimalkan penularan HIV:

  • Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah
  • Tidak berganti-ganti pasangan seksual
  • Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
  • Menghindari penggunaan narkoba, terutama jenis suntik
  • Mendapatkan informasi yang benar terkait HIV, cara penularan, pencegahan, dan pengobatannya, terutama bagi anak remaja

Bagaimanakan cara mendeteksi HIV?

Prosedur pemeriksaan pasien HIV dengan faktor risiko tinggi dan gejala yang patut dicurigai HIV saat ini pertama tama didahului konseling  pra tes atau informasi singkat yang diberikan oleh petugas kesehatan kemudian dites darah dengan menggunakan reagen tes cepat atau dengan ELISA yang dilakukan dengan 3 kali pemeriksaan untuk menghindari hasil positif atau negative palsu mengingat pengobatan HIV dilakukan seumur hidup. 

Tes HIV dapat menunjukan negative pada masa jendela, yaitu 2 minggu hingga 3 bulan setelah terinfeksi HIV. Sehingga, tes HIV perlu dilakukan ulang meskipun hasil negative pada tes pertama bila terdapat gejala patut dicurigai HIV dan bila melakukan perilaku yang telah disebutkan di faktor risiko diatas. 

Apakah yang dilakukan apabila seseorang baru saja terdiagnosis HIV?

Setelah seseorang terinfeksi HIV maka pasien harus datang ke rumah sakit atau pusat pelayanan kesehatan untuk ditentukan apakah pasien sudah memenuhi syarat untuk pengobatan HIV yaitu terapi antiretroviral, kemudian dilakukan penilaian status imunitas pasien melalui pemeriksaan lab CD4, setelah itu dilakukan pemeriksaan menyeluruh infeksi lain yang ada karna imunitas tubuh pasien menurun yang diakibatkan oleh penyakit HIV (seperti TBC, gangguan pencernaan, toxoplasmosis otak, dsb)