Pterigium
Pterigium
Ditinjau oleh: dr. Elisabeth Irma Dewi K, SpM
Pterigium dikenal juga sebagai Surfer’s Eye, yaitu pertumbuhan non-kanker yang sedikit menonjol
dan terlihat pembuluh darah. Pertumbuhan tersebut berasal dari kulit / epitel konjungtiva bulbi yang
tumbuh dari arah nasal mata ke bagian tengah (berbentuk segitiga). Kasus pterigium in tersebar ke
seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering. 1 Prevalensi pterigium di
Indonesia pada kedua mata sebesar 3,2%, sedangkan pada salah satu mata sebanyak 1,9%.
Prevalensi pterigium pada kedua mata tertinggi di Provinsi Sumatera Barat (9,4%). Kelompok lansia
ternyata memiliki proporsi tertinggi kejadian pterigium ini yaitu sebesar 15,9% pada usia >70 tahun.
Penyakit ini jarang menyebabkan komplikasi berbahaya. Namun, jika terus tumbuh dan tidak
ditangani pterigium dapat menyebar sampai menutupi pupil mata sehingga mengganggu
penglihatan.
Gejala
Secara umum , pterigium hanya berupa tumbuhnya selaput permukaaan bola mata tanpa ada
keluhan lain. Kondisi lain yang dapat menyertai penyakit ini meliputi:
1. mata merah,
2. iritasi, gatal, perih pada mata
3 pandangan kabur
4. terasa ada yang mengganjal di mata
Penyebab
Hingga saat ini, penyebab pasti pterigium belum diketahui. Namun, beberapa faktor risiko
pterigium antara lain paparan ultraviolet (terutama dari sinar matahari), debu, asap, luka kecil yang
terjadi secara kronik di mata, infeksi bakteri atau virus. Beberapa kondisi seperti defisiensi vitamin A
dan konjungtivitis kronik juga berpotensi menimbulkan pterigium.
Diagnosis
Pterigium dapat dideteksi oleh dokter melalui gejala utamanya, yaitu adanya pertumbuhan
selaput tipis pada permukaan bola mata. Selain itu, untuk memastikan kondisi mata pasien, dokter
akan menjalani pemeriksaan mata dan pemeriksaan yang lebih mendetail bila dibutuhkan.
Berdasarkan stadium pterigium dibagi menjadi 4 derajat, yaitu:
1. Derajat I: Jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea
2. Derajat II: Jika pterigium sudah melewati batas limbus dan belum mencapai pupil, tidak lebih
dari 2 mm melewati kornea.
3. Derajat III: Jika pterigium sudha melebihi derajat II tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata
dalam keadaan cahaya normal.
4. Derajat IV: jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga mengganggu
penglihatan.
Pengobatan dan Pencegahan
Kondisi pterigium umumnya tidak membutuhkan penanganan khusus jika tergolong ringan
dan tidak mengganggu penglihatan atau kenyamanan. Pasien tetap disarankan untuk menjalani
pemeriksaan mata secara berkala untuk memantau perkembangannnya.
Apabila pterigium telah mengganggu kenyamanan dan menghalangi penglihatan, dapat
ditangani dengan pemberian obat-obatan sesuai resep dokter atau dengan operasi. Prosedur operasi
dianjurkan apabila pterigium sudah mengganggu penglihatan sehingga tajam penglihatan pasien
mengalami penurunan.
Setelah operasi, pasien akan diberikan obat-obatan untuk menurunkan risiko komplikasi
sekaligus mencegah kekambuhan pterigium. Pasien disarankan menghindari pajanan sinar matahari,
debu, atau asap yang dapat memicu pterigium. Pemakaian kacamata hitam atau topi saat bepergian
dapat beguna untuk mencegah pterigium atau kekambuhannya.
Referensi:
1. Voughan, Asbury. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta:EGC;2010.
2. Erry, Mulyani UA, Susilowati D. Distribusi dan Karakteristik Pterigium. Diunduh dari:
https://media.neliti.com/media/publications/21259-ID-distribusi-dan-karakteristik-
pterigium-di-indonesia.pdf.
3. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata FK
UGM:Yogyakarta;2005.
4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed 3. Jakarta:FKUI;2008.
5. Hall, A B. (2016). Understanding and Managing Pterygium. Community Eye Health, 29(95),
pp. 54-56.
6. Singh, S K. (2017). Pterygium: Epidemiology Prevention and Treatment. Community Eye
Health, 30(99), pp. S5-S6.
admin
hits
0